Rabu, 27 Februari 2013

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN STRUKTURAL


Struktur sistem informasi pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu sistem yang terstruktur (formal) dan sistem yang tidak terstruktur (non formal). Sistem formal adalah sistem yang berjalan menurut norma-norma organisasi yang berlaku pada semua orang, sesuai dengan kedudukannya dalam organisasi. Sistem ini tergantung kepada tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang dibebankan kepada pemegang jabatan organisasi. Sistem nonformal adalah sistem yang berlaku di lingkungan organisasi melalui saluran-saluran tidak resmi, tetapi mempunyai pengaruh cukup kuat dalam kehidupan organisasi yang bersangkutan (Gordon,1999).
Sistem informasi manajemen berusaha untuk menggabungkan keduanya dengan bertumpu pada norma organisasi dalam mendukung kegiatan organisasi. Dengan demikian diharapkan sistem formal dapat menjadi subsistem terutama keberhasilan organisasi bukan hanya perorangan tetapi hasil kerjasama seluruh organisasi.
1.        Struktur sistem informasi berdasarkan kegiatan manajemen
Kegiatan perencanaan dan pengendalian manajemen dibagi atas tiga macam yaitu: kontrol operasional, kontrol manajemen, dan perencanaan stategi. Pengendalian operasional adalah proses penempatan agar kegiatan operasional dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian operasional menggunakan prosedur dan aturan keputusan yang telah ditentukan lebih dahulu dalam jangka waktu yang relatif pendek. Dukungan pengolahan untuk pengendalian operasional terdiri atas: pengolahan transaksi, pengolahan laporan, dan pengolahan pertanyaan. Ketiga jenis pengolahan berisikan berbagai macam pembuatan keputusan yang melaksanakan aturan keputusan yang telah disetujui atau menyajikan suatu keluhan yang mengeluarkan yang akan diambil (Gordon,1999).
Informasi pengendalian manajemen diperlukan oleh berbagai manajer bagian, pusat laba dan sebagainya untuk mengukur prestasi, memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru untuk ditetapkan personalian operasional dan mengalokasikan sumber daya. Proses pengendalian manajemen memerlukan jenis informasi yang berkaiatan dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi menyangkut: pelaksanaan yang direncanakan, alasan adanya perbedaaan, dan analisa atas keputusan atau arah tindakan yang mungkin.
Perencanaan strategi mengembangkan strategi sebagai sarana suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Kegiatan perencanaan strategi tidak mempunyai keteraturan meskipun sebenarnya bisa dijadwalkan dalam periode waktu yang relatif panjang. Informasi yang dibutuhkan haruslah memberikan gambaran yang lengkap dan menyeluruh, walaupun tidak mempunyai ketelitian yang tinggi.
2.        Struktur sistem informasi berdasarkan fungsi organisasi
Setiap informasi dapat dianggap sebagai kumpulan subsistem yang didasarkan atas fungsi yang dilaksanakan dalam organisasi. subsistem-subsistem yang umum adalahh sebagai fungsi-fungsi utama suatu organisasi dalam pemasaran, produk, logistik, personalia, keuangan dan akuntansi. Setiap fungsi akan melakukan kegiatan sebagai subsistem informasi untuk mendukung pengendalian operasional, pengendalian manajemen dan pengendalian strategi.
3.        Struktur sistem informasi manajemen secara konseptual dan fisik
Struktur sistem informasi manajemen (SIM) dapat pula dipandang menurut konsep struktural yang memungkinkan pembahasan dan perancangan sistem fisik yang akan mendefinisikan cara pelaksanaan SIM.
a.         Struktur Konseptual
SIM didefinisikan sebagai suatu gabungan subsistem fungsional yang masing-masing dibagi dalam empat macam pengolahan informasi, yaitu: pengolahan transaksi, dukungan operasional sistem informasi, dukungan pengendalian manajerial sistem informasi, dukungan perencanaan stategi sistem informasi.
b.         Struktur Fisik
Struktur konseptual suatu SIM adalah untuk subsistem fungsional yang terpisah ditambah suatu pangkalan data, beberapa aplikasi umum, dan satu model dasar analisa umum dan model keputusan. Pada struktur fisik semua aplikasi terdiri atas program yang sama sekali terpisah, tetapi hal ini tidak selalu demikian adanya sehingga ada penghematan yang cukup besar dari pengolah terpadu dan pemakain modul umum. Pengolahan terpadu dicapai dengan perencanaan berbagai aplikasi yang paling berhubungan sebagai suatu sistem tunggal untuk menyederhanakan kaitan (interface) dan mengurangi duplikasi masukan sehingga melewati batas fungsional. Struktur fisik juga dipengaruhi pemakain modul umum untuk pengoperasian pengolahan yang menyebabkan tidak ada aplikasi yang lengkap tanpa pemakain modul umum.
Untuk dapat menjelaskan struktur dari organisasi sistem informasi atau SIM, digunakan beberapa pendekatan/pandangan yang terpisah, tetapi klasifikasinya berhubungan :
1.      SIM berdasarkan elemen-elemen operasi
Untuk memperlihatkan sistem informasi dari sebuah organisasi, maka akan diperlihatkan komponen fisiknya, fungsi pemrosesan dan output untuk pemakai dalam SIM.
2.      SIM sebagai pendukung keputusan
Keputusan dibuat untuk memecahkan masalah. Menurut Herbert A. Simon, jenis dalam keputusan terdiri dari dua yaitu :
·         Terstruktur atau terprogram : Berulang, sehingga prosedur telah dibuat untuk menanganinya.
·          Tidak terstruktur atau tidak terprogram : Baru, tidak terstruktur dan jarang konsekuen, sifat dan strukturnya tak terlihat(rumit).
3.      Struktur SIM berdasarkan Aktifitas atau Kegiatan Manajemen
Struktur dari suatu sistem informasi dapat diklasifikasikan dalam bentuk suatu hiraki dari perencanaan manajemen dan aktifitas pengendalian. Kegiatan perencanaan dan pengendalian manajemen tersebut dibagi tiga:
·         Pengendalian Operasional ialah proses pemantapan agar kegiatan operasional dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pendukung pemrosesan  dalam pengendalian operasi terdiri dari; Proses transaksi, proses laporan dan proses pemeriksaan.
·         Pengendalian manajemen diperlukan untuk mengukur prestasi, memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru untuk diterapkan dan mengalokasikan sumber daya.
·         Perencanaan strategis tujuannya untuk  mengembangkan strategi dimana suatu organisasi akan mampu mencapai tujuannya. Horizon waktu untuk perencanaan strategis cenderung lama, sehingga perubahan mendasar dalam organisasi bisa diadakan.
4.      Struktur SIM berdasarkan fungsi organisasi
SIM dapat dianggap sebagai suatu federasi subsistem yang berdasarkan atas fungsi yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Masing-masing subsistem membutuhkan aplikasi untuk membentuk proses informasi yang berhubungan dengan fungsinya, yang akan menyangkut database, model base dan beberapa program komputer yang bisa untuk subsistem fungsional. Beberapa subsistem fungsional:
·         Subsistem Penjualan dan Pemasaran
·         Subsistem Produksi
·         Subsistem Logistik
·         Subsistem Personalia
·         Subsistem Keuangan dan Akunting
·         Subsistem Proses Informasi (Teknologi Informasi)
·         Subsistem Top Managemant (Manajemen Puncak)

Minggu, 07 Oktober 2012

Tugas Kuliah Pembinaan Kompetensi Mengajar : KETERAMPILAN MENJELASKAN

MAKALAH
PEMBINAAN KOMPETENSI MENGAJAR
Tentang
KETERAMPILAN MENJELASKAN
 




Kelompok 2 :
Dini Oktaria
Fitria Halim
Lisa Rabetri


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011


Keterampilan Menjelaskan
Dalam kegiatan belajar-mengajar, Menjelaskan merupakan tindakan yang banyak dilakukan, terutama oleh guru. Apabila seorang guru menjelaskan, artinya guru tersebut memberikan informasi sedemikian rupa sehingga siswa benar-benar mengerti dan memahami apa yang di informasikan oleh guru.
Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Menjelaskan merupakan aktivitas yang paling sering dilakukan oleh guru dalam menyampaikan informasi. Dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pembelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh peserta didik. Keterampilan menjelaskan mutlak perlu dimiliki oleh para guru.
Seorang guru harus dapat menjelaskan berbagai hal kepada peserta didiknya. Penjelasan yang disampaikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir peserta didik. Misalnya guru akan menjelaskan konsep ”atas”. Jika peserta didiknya adalah anak usia TK (4 – 5 tahun) maka diaharus menjelaskan konsep tersebut secara konkret dan nyata.
Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh sebab itu keterampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar dapat mencapai hasil yang optimal.
Suatu keterampilan guru dalam menyajikan informasi secara lisan yang terorganisir secara sistematik yang menghubungkan antara sebab akibat, antara yang tidak tahu menjadi tidak tahu, antara yang sulit dengan yang mudah.
Tujuan Menjelaskan                              
  1. Untuk membimbing pikiran siswa untuk mendapatkan dan memahami konsep, prinsip, hukum, dalil, fakta, definisi secara objektif dan bernalar.
  2. Untuk memperkuat struktur kognitif yang berhubungan dengan bahan pelajaran.
  3. Membantu siswa memecahkan masalah.
  4. Membantu siswa mengasimilasi dan mengakomodasi konsep
  5. Mengomunikasikan ide dan gagasan kepada siswa.
  6. Melatih siswa mandiri dalam mengambil keputusan.
  7. Melatih siswa berfikir logis apabila penjelasan guru kurang sistematis
Prinsip-Prinsip Menjelaskan
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan, yaitu :
  1. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran.
  2. Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar.
  3. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan materi standar yang sudah direncana-kan untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
  4. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi peserta didik.
  5. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.
Komponen Menjelaskan
a.       Komponen merencanakan penjelasan yang mencakup:
Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerimaan pesan. Yang berkenaan dengan isi pesan (materi) meliputi penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada di antara unsur-unsur yang dikaitkan dan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
Mengenai yang berhubungan dengan penerimaan pesan (siswa) hendaknya diperhatikan hal-hal atau perbedaan-perbedaan pada setiap anak yang akan meneriman pesan seperti usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, bakat minat serta lingkungan belajar anak.
b.      Komponen menyajikan penjelasan yang mencakup:
  1. Kejelasan, yang dapat dicapai dengan berbagai cara seperti: bahasa yang jelas, berbicara dengan lancar, mendefinisikan istilah-istilah teknis, berhenti sejenak untuk melihat respon peserta didik;
  2. penggunaan contoh dan ilustrasi yang dapat mengikuti pola induktif atau pola deduktif;
  3. pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara: penekanan suara atau mengemukakan tujuan;
  4. peserta didik diberi kesempatan untuk menunjukkan pemahaman ataupun keraguan ketika penjelasan berlangsung (balikan).
Agar penjelasan yang diberikan dapat dipahami sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dalam penyajiannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
  • kejelasan, yaitu keterampilan yang erat kaitannya dengan penggunaan bahasa lisan. Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, menghindari penggunaan ucapan-ucapan seperti “e”, “aa”, “mm”, “kira-kira”, “umumnya”, “biasanya”, “seringkali” dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh anak.
  • Penggunaan contoh dan ilustrasi, yang bisa dilakukan dengan pola induktif atau deduktif. Atau memberikan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-sehari.
  • Pemberian tekanan yang dapat dilakukan dengan berbagai variasi gaya mengajar, dan membuat struktur sajian. Dalam hal ini, guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “yang terpenting adalah”, “perhatikan baik-baik konsep ini”, atau “perhatikan, yang ini agak sukar”.
  • Balikan, yang bertujuan untuk mendapat informasi tentang tingkat pemahaman siswa, baik melalui pertanyaan maupun melalui tugas. Guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan pemahaman, keraguan, atau ketidak mengertiannya ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti “apakah kalian mengerti dengan penjelasan tadi?” juga ditanyakan, “apakah penjelasan tadi bermakna bagi kalian? Dan sebagainya.
Selain hal-hal di atas, terdapat dua pola yang memiliki efektivitas tinggi dalam menghubungkan contoh dan dalil, yaitu:
  • Pola induktif, yaitu diberikan contoh terlebih dahulu kemudian ditarik kesimpulan umum atau dalil(rumus).
  • Pola deduktif, yaitu hukum, rumus atau generalisasi dikemuka-kan lebih dahulu, kemudian diberikan contoh-contoh secara rinci untuk memperjelas hukum, rumus atau generalisasi yang telah dikemukakan.
Pola yang digunakan bergantung pada materi pembelajaran, kemampuan, usia dan latar belakang kemampuan peserta didik tentang pembelajaran tersebut. Dalam penggunaan dalil dan contoh ini, ada kata-kata khusus yang biasa digunakan sebagai kata-kata penghubung dan ungkapan-ungkapan khusus. Untuk mengaitkan ide utama dan yang kurang penting digunakan kata-kata: jika, maka, walaupunbegitu, sehingga, sementara itu, dalam pada itu, juga, karena, sebab, dan sebagainya. Untuk menghubungkan ide-ide yang sama pentingnya, digunakan kata-kata, seperti sementara itu, dalam pada itu, juga, selanjutnya, hanya, oleh karena itu, jadi, atau akibatnya. Dengan istilah-istilah tersebut, guru tidak hanya memperjelas penyajian, tetapi sekaligus menekankan keterkaitan atau menunjukkan hubungan.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam memberikan penjelasan perlu menggunakan intonasi bahasa sesuai dengan materi yang dijelaskan. Dalam pada itu perlu ada variasi dalam memberikan tekanan, perlu pula membuat struktur sajian, yaitu memberikan informasi yang memberikan arah atau tujuan utama sajian. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara:
  • Memberikan ikhtisar dan pengulangan.
  • Menguraikan atau mengatakan dengan kalimat lain tentang jawaban yang diberikan peserta didik.
  • Memberikan tanda atau isyarat lisan, seperti pertama, kedua, dan sebagainya.
Pada waktu memberikan penjelasan, hendaknya guru memperhatikan gerak-gerik dan mimik peserta didik, apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami atau meragukan, menyenangkan atau membosankan, dan apakah menarik perhatian atau tidak. Untuk  kepentingan tersebut, perhatikanlah mereka selama memberikan penjelasan, ajukan pertanyaan-pertanyaan dan berilah kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
Alasan Perlunya Keterampilan Menjelaskan Dikuasai oleh Guru
  1. Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa karena pada umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada oleh siswa.
  2. Penjelasan yang diberkan oleh guru kadang-kadang tidak jelas bagi muridnya, tetapi hanya jelas bagi guru sendiri, hal ini tercermin dalam ucapan guru: “sudah jelas, bukan?” atau “dapat dipahami, bukan?” oleh karena itu, kemampuan mengelola tingkat pemahaman murid sangat penting dalam memberikan penjelasan.
  3. Tidak semua murid dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau dari sumber lainnya. Oleh karena itu, guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tersebut.
  4. Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh murid dalam belajar. Guru perlu membantu dengan cara memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diperlukan.