KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah seminar yang berjudul “Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme terhadap
Generasi Muda melalui Pendidikan Karakter” untuk memenuhi tugas akhir mata
kuliah Seminar.
Dalam
pembuatan laporan ini penulis banyak mengalami kendala,
tapi berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dan dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membutuhkan. Namun demikian makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan untuk di masa yang akan datang.
Padang,
April 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses globalisasi
yang bergulir, diiringi dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) memungkinkan terjadinya perubahan lingkungan strategi yang berdampak
luas terhadap eksistensi dan kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari aspek eksternal, globalisasi menimbulkan pertemuan antar budaya (culture ecounter) bagi bangsa-bangsa di
seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Dengan kata lain, globalisasi
berdampak pada terjadinya perubahan sosial (social
change) besar-besaran yang belum tentu semua perubahan itu kongruen dengan
kemajuan sosial (sosial progress).
Dari aspek internal, kondisi objektif bangsa Indonesia yang memang sejak diproklamasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan negara dengan bangsa yang dibangun di
atas keragaman dan perbedaan, yakni perbedaan suku, agama, ras, etnis, budaya
dan lain-lain. Di satu sisi, jika mampu mengelolanya dengan baik, maka
keragaman akan menimbulkan keindahan dan harmoni, sebaliknya jika tidak mampu
mengelolanya keragaman ini akan memiliki potensi yang memunculkan perselisihan
dan sengketa yang mengarah ke perpecahan dan disintegrasi bangsa.
Secara sosiologis
dan psikologis, selain masyarakat luas, komunitas yang paling mudah terkena
pengaruh fenomena global itu adalah kalangan generasi muda, khususnya para
remaja, yang berada dalam fase kehidupan pancaroba yang labil dan fase
pencarian identitas diri. Fenomena ini sesungguhnya menjadi tantangan bagi
bangsa Indonesia. Apakah globalisasi akan berakibat pada kemerosotan atau
sebaliknya. Di sinilah letak penting dan sentralnya peran dunia pendidikan
dalam membawa para remaja khususnya dan generasi muda pada umumnya untuk menuju
ke arah perubahan sosial yang sekaligus bermakna kemajuan sosial dan kemajuan
bangasa. Dalam hal ini, pendidikan menjadi penentu masa depan bangsa dan negara
ke depan.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, batasan masalah yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah
sebagai berikut :
1.
Apa pengertian Nasionalisme ?
2.
Apa pengertian Pendidikan Karakter ?
3.
Apa pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai
Indonesia ?
4.
Bagaimana menumbuhkan jiwa nasionalisme terhadap
generasi muda melalui pendidikan berkarakter ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai pengertian
nasionalisme, pengertian pendidikan karakter, pengaruh globalisasi terhadap
nilai-nilai Indonesia serta bagaimana menumbuhkan jiwa nasionalisme terhadap
generasi muda melalui pendidikan berkarakter.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nasionalisme Indonesia
1.
Pengertian
Nasionalisme
Nasionalisme Indonesia adalah suatu
gerakan kebangsaan yang timbul pada bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah
bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Secara etimologi
Nasionalisme berasal dari kata “nasional” dan “isme” yaitu paham kebangsaan
yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air; memiliki
kebanggaan sebagai bangsa, atau memelihara kehormatan bangsa; memiliki rasa
solidaritas terhadap musibah dan kekurangberuntungan saudara setanah air,
sebangsa dan senegara; persatuan dan kesatuan
Menurut
Ensiklopedi Indonesia Nasionalisme adalah sikap politik dan sosial dari
sekelompok bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa dan wilayah serta
kesamaan cita-cita dan tujuan dengan meletakkan kesetiaan yang mendalam
terhadap kelompok bangsanya.
Nasionalisme dapat
juga diartikan sebagai paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
negara (nation) dengan mewujudkan suatu konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia.
Bertolak dari
pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa nasionalisme adalah paham yang
meletakkan kesetiaan tertinggi individu yang harus diberikan kepada negara dan
bangsanya, dengan maksud bahwa individu sebagai warga negara memiliki suatu
sikap atau perbuatan untuk mencurahkan segala tenaga dan pikirannya demi
kemajuan, kehormatan dan tegaknya kedaulatan negara dan bangsa.
Nasionalisme
adalah sikap atau perilaku yang diwujudkan atau diaktualisasikan dalam bentuk
tindakan untuk memelihara dan melestarikan identitas untuk memajukan bangsa dan
negara, dengan mengatasi setiap masalah yang menghalangi kemajuan sebuah
bangsa. Nasionalisme adalah rasa cinta setiap elemen bangsa kepada tanah air
yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin nasionalis, seseorang akan
semakin mengutamakan kepentingan bangsa dibandingkan kepentingan kelompok atau
pribadi.
2.
Faktor-faktor
nasionalisme Indonesia
Nasionalisme
Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor, diantaranya adalah faktor internal dan
faktor eksternal yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Faktor Internal
Faktor internal
yang mempengaruhi Nasionalisme Indonesia adalah :
-
Kenangan kejayaan masa lampau.
-
Perasaan senasib dan sepenanggunan akibat
penderitaan dan kesengsaraan masa penjajahan.
-
Munculnya golongan cendekiawan.
-
Paham nasionalis yang berkembang dalam bidang
politik, sosial ekonomi, dan kebudayaan.
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal
yang mempengaruhi Nasionalisme Indonesia adalah :
-
Kemengan Jepang atas Rusia (1905)
-
Perkembangan Nasionalisme diberbagai negara
-
Munculnya paham-paham baru
3.
Pertumbuhan
dan Perkembangan Nasionalisme Indonesia
Tumbuhnya Nasionalisme di Indonesia karena adanya faktor pendukung
diatas maka di Indonesiapun mulai muncul semangat nasionalisme. Semangat nasionalisme
ini digunakan
sebagai ideologi/paham bagi organisasi pergerakan nasional yang ada. Ideologi
Nasional di Indonesia diperkenalkan oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
diketuai oleh Ir. Soekarno. PNI bertujuan untuk memperjuangkan kehidupan bangsa
Indonesia yang bebas dari penjajahan. Sedangkan cita-citanya adalah mencapai
Indonesia merdeka dan berdaulat, serta mengusir penjajahan pemerintahan Belanda di Indonesia.
Dengan Nasionalisme dijadikan sebagai ideologi maka akan menunjukkan bahwa
suatu bangsa memiliki kesamaan budaya, bahasa, wilayah serta tujuan dan
cita-cita. Sehingga akan merasakan adanya sebuah kesetiaan yang mendalam
terhadap kelompok bangsa tersebut.
Perkembangan Nasionalisme di Indonesia sebagai upaya menumbuhkan rasa
nasionalisme di Indonesia diawali dengan pembentukan identitas nasional yaitu
dengan adanya penggunaan istilah “Indonesia” untuk menyebut negara kita ini.
Dimana selanjutnya istilah Indonesia dipandang sebagai identitas nasional,
lambang perjuangan bangsa Indonesia dalam menentang penjajahan. Kata yang mampu
mempersatukan bangsa dalam melakukan perjuangan dan pergerakan melawan
penjajahan, sehingga segala bentuk perjuangan dilakukan demi kepentingan
Indonesia bukan atas nama daerah lagi.
B. Pendidikan Karakter
Secara harfiah
karakter artinya “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau
reputasi ” (Hornby dan Pornwell, 1972: 49). Dalam kamus Psikologi dinyatakan
bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral,
misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat
yang relative tetap (Dali Gulo, 1982: 29). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME),
diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (
stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah.
Pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran nilai-nilai karakter tidak
hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi dan
pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Pendidikan
karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta
didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Melalui program ini
diharapkan setiap lulusan memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan
terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya
Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya
diharapkan menjadi budaya sekolah.
Pendidikan
karakter di sekolah sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah.
Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan,
dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah
secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang
perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga
kependidikan, dan komponen terkait lainnya.
Dengan
demikian manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam
pendidikan karakter di sekolah. Pada tataran sekolah, kriteria
pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah. Budaya
sekolah yang dimaksud yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar
sekolah.
C. Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-nilai
Indonesia
Globalisasi adalah
suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa
di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005).
Menurut pendapat
Krisna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di
Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai
proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar
bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin
dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi
berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi
dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi.
Kehadiran
globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti
kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan
mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.
1.
Pengaruh positif globalisasi
terhadap nilai- nilai nasionalisme
-
Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan
dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian
dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis
tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif
tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
-
Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar
internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara.
Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang
menunjang kehidupan nasional bangsa.
-
Dari globalisasi sosial budaya kita
dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan
disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan
bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa
nasionalisme kita terhadap bangsa.
2. Pengaruh
negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
-
Globalisasi mampu meyakinkan
masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran.
Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke
ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme
bangsa akan hilang
-
Dari globalisasi aspek ekonomi,
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar
negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia.
Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
-
Mayarakat kita khususnya anak muda
banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya
hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap
sebagai kiblat.
-
Mengakibatkan adanya kesenjangan
sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas
dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara
yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
-
Munculnya sikap individualisme yang
menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya
individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Pengaruh-
pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap
nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme
terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka
cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik
memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika
terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di
Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat
bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional
bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
3.
Pengaruh Globalisasi Terhadap
Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda
Arus
globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.
Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi
tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri
sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul
dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari
cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis
yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan
yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Padahal cara
berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak
ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih
suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak
remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan
sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi
internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat
diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan
mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh
manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan
sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya.
Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi
pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi
tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat
dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi
menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati
mereka. Contohnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan
yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika
pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, maka moral generasi bangsa menjadi rusak
dan akan timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai
nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa
sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat.
D. Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Terhadap
Generasi Muda melalui Pendidikan Karakter
Globalisasi adalah
suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa
di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005).
Arus globalisasi
begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh
globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut
telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam
kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Secara sosiologis
dan psikologis, selain masyarakat luas, komunitas yang paling mudah terkena
pengaruh fenomena global itu adalah kalangan generasi muda, khususnya para
remaja, yang berada dalam fase kehidupan pancaroba yang labil dan fase
pencarian identitas diri. Fenomena ini sesungguhnya menjadi tantangan bagi
bangsa Indonesia. Apakah globalisasi akan berakibat pada kemerosotan atau
sebaliknya. Di sinilah letak penting dan sentralnya peran dunia pendidikan
dalam membawa para remaja khususnya dan generasi muda pada umumnya untuk menuju
ke arah perubahan sosial yang sekaligus bermakna kemajuan sosial dan kemajuan bangsa.
Dalam hal ini, pendidikan menjadi penentu masa depan bangsa dan negara ke
depan.
Seperti yang
dikemukakan oleh Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yodhoyono bahwa ada lima isu
penting dalam dunia pendidikan. Salah satunya isu mengenai hubungan pendidikan
dengan pembentukan watak atau dikenal dengan pembangunan karakter (character building). Presiden
menyatakan bahwa kemajuan pendidikan tidak boleh melupakan pembangunan
karakter. Oleh karena itu, Presiden melalui Kementrian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) meluncurkan Program Pendidikan Karakter.
Penanaman jiwa
nasionalisme perlu dilakukan disekolah, hal ini dikarenakan bahwa sekolah
merupakan tempat pendidikan dan pembentukan jiwa serta semangat bagi generasi
muda yang akan menentukan masa depan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.
Selain itu,
sejumlah besar generasi muda penerus bangsa Indonesia masih berstatus sebagai
pelajar di sekolah sehingga apabila sekolah mampu memberikan pendidikan
nasionalisme penguatan karakter bangsa Indonesia maka akan selamatlah di masa
yang akan datang.
Penanaman jiwa
nasionalisme serta penguatan karakter bangsa bagi seluruh pelajar dan mahasiswa
di Indonesia akan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka
mewujudkan NKRI yang kuat dan kokoh serta berkepribadian.
Dalam rangka
membentuk dan menumbuhkan rasa nasionalisme serta karakter bangsa bagi pelajar
dan mahasiswa diperlukan suatu sarana yang dapat melengkapi penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Sajian informasi berupa materi yang menarik dan relevan
dengan semangat kemudahan pelajar dan mahasiswa, perlu dikembangkan dengan
tepat.
UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menjelaskan bahwa pendidikan
nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Yuhan Yang Maha Esa, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Tujuan tersebut
merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan
oleh setiap satuan pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan nasional inilah yang
menjadi landasan pengembangan karakter bangsa. Dimana, pendidikan karakter
bersifat terus menerus dan berkelanjutan (continuous)
dimulai dari pendidikan usia dini agar terinternalisasi dengan baik dalam diri
anak didik.
Program konkret
Kemendiknas dalam membangun karakter bangsa yakni dengan menggalakkan program
dan kegiatan pendidikan karakter pada seluruh satuan dan kewarganegaraan, baik
kurikuler maupun ekstra, merevitalisasi kembali kelompok mata pelajaran
kepribadian agar menjadi sumber progresif, dengan memberi dan memperkuat value of character & value of
orientation for the future, mengembangkan program pendidikan karakter dan
aneka ragam pelatihan yang tepat dan efektif.
Landasan dasar
pendidikan karakter adalah nasionalisme dengan memberikan orientasi nilai (value of orientation) bagi kemajuan
peradaban bangsa dan negara ke depan dengan mengintegrasikan semangat
nasionalisme dengan kebutuhan kemajuan bangsa di masa depan.
Sehingga dengan
pendidikan karakter inilah terciptanya satu perubahan dari sekadar good menjadi great yang dibutuhkan bagi kesuksesan membangun peradaban bangsa di
masa depan. Great character, great
personality, and great achievement for the future dapat dijabarkan secara
konkrit. Sejatinya kepribadian dan citra diri bangsa menjadi kekuatan etos,
semangat etik dan moral yang diharapkan bagi kemajuan bangsa ini di masa depan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan dasar
pendidikan karakter adalah nasionalisme dengan memberikan orientasi nilai (value of orientation) bagi kemajuan
peradaban bangsa dan negara ke depan dengan mengintegrasikan semangat
nasionalisme dengan kebutuhan kemajuan bangsa di masa depan. Sehingga dengan
pendidikan karakter inilah terciptanya satu perubahan dari sekadar good menjadi great yang dibutuhkan bagi kesuksesan membangun peradaban bangsa di
masa depan. Great character, great
personality, and great achievement for the future dapat dijabarkan secara
konkrit. Sejatinya kepribadian dan citra diri bangsa menjadi kekuatan etos,
semangat etik dan moral yang diharapkan bagi kemajuan bangsa ini di masa depan.
B. Saran
Sebagai bangsa
yang demokratis, seharusnya kita dapat menerapkan pendidikan karakter secara
efektif dan efisien, untuk menumbuhkan dan membangkitkan kembali jiwa
nasionalisme yang sudah mulai memudar akibat pengaruh globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Jamli, Edison
dkk.Kewarganegaraan.2005.Jakarta: Bumi Akasara
Krisna @Yahoo.com. Pengaruh Globalisasi Terhadap
Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.2005.internet:Public
Jurnal